Yang Terheboh di 2019

Heboh Babi-Babi yang Bikin Pusing Banyak Negara

News - Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
31 December 2019 13:55
Persoalan flu babi banyak mempuat pusing banyak negara Foto: Blogspot
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2019 ada beberapa kejadian dan peristiwa internasional yang membuat heboh, termasuk Indonesia.

Beberapa waktu lalu dunia sempat dihebohkan oleh demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Demam yang dikategorikan sebagai virus itu menyebabkan lonjakan terhadap harga daging babi, terutama di China.

Bukan hanya di China, efek dari ASF ini melanda sejumlah negara, mulai dari Vietnam hingga Indonesia juga terkena dampaknya.

Berikut adalah rentetan terkait ASF yang telah di rangkum CNBC Indonesia melalui beberapa sumber.



Virus Babi di China

Kelangkaan daging babi terjadi di beberapa negara karena penyakit flu babi Afrika (African swine fever/ASF). Meski tidak menulari manusia, penyakit ini membuat babi yang terkena penyakit dilakukan pembantaian massal di sentra peternakan China.

Sebenarnya, ASF pertama kali ditemukan di China, Agustus 2018, di kota timur laut Shenyang. Awalnya ada 45 kasus ASF dengan 5.439 babi terinfeksi dan 3.841 babi mati.

Setelahnya, wabah ASF menyebar ke berbagai wilayah China dan menjangkit beberapa provinsi penghasil babi terbesar di negara itu. Pasokan babi turun 40%, dan otoritas China membuat rencana untuk memulihkan kembali produksi babi mulai 2021.

Menurut World Organization for Animal Health African swine fever (ASF) adalah penyakit pendarahan yang sangat menular pada babi ternak dan liar. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tersebar di DNA babi.

Naiknya Harga Babi dan Tingginya Inflasi

Data resmi Biro Statistik Nasional China yang dirilis pada 10 Desember lalu, menunjukkan harga daging babi di negara itu melonjak 110% pada November 2019, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebelumnya pada Oktober harga daging babi naik 101% dari tahun lalu. Akibatnya, secara keseluruhan indeks harga konsumen di China naik 4,5% di November dari tahun sebelumnya.

Sementara indeks harga produsen di bulan yang sama turun 1,4% dari tahun lalu. Pada 23 Oktober lalu, harga daging babi mencapai rekor tertinggi di 53,79 yuan (US$ 7,69) per kilogram. Itu merupakan kenaikan 188% dari tahun sebelumnya.

Krisis babi juga membuat harga daging sapi, kambing, dan telur naik di China.

Negara-Negara yang Ikut Terdampak

Namun begitu, China bukanlah satu-satunya negara yang dipusingkan masalah babi ini. Negara-negara seperti Jepang, Vietnam, Filipina, Australia dan Eropa juga menghadapi kenaikan harga daging babi akibat flu babi Afrika.

Di China, akibat wabah ASF, harga babi melonjak sampai ke rekor tertingginya pada November 2019. Akibatnya, secara keseluruhan indeks harga konsumen di China naik 4,5% di November dari tahun sebelumnya. Ini merupakan tingkat tertingginya dalam hampir lebih dari delapan tahun.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sejak Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan (MARA) mengkonfirmasi wabah ASF pertama di Provinsi Liaoning pada 3 Agustus 2018, ada 163 wabah terdeteksi di 32 Provinsi/Daerah Otonomi/Kotamadya/Daerah Administrasi Khusus. Sudah sekitar 1.193.000 babi dimusnahkan.

Vietnam

Akibat ASF, impor daging babi Vietnam selama 11 bulan tahun 2019 melonjak lebih dari dari dua kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Jumlahnya mencapai menjadi 110.000 metrik ton, kata Kementerian Keuangan negara, mengutip laporan Reuters.

Terdeteksi pertama kali di negara ini pada Februari, ASF telah menyebar ke-63 provinsi di Vietnam.

Akibatnya, sekitar enam juta babi atau 20% dari total ternak babi terpaksa dimusnahkan. Hal ini menyebabkan harganya melonjak tajam menjadi hampir tiga kali lipat.

Wabah itu telah menaikkan harga babi hidup di Vietnam menjadi lebih dari 100.000 dong (US$ 4,32) per kg dari sekitar 35.000 dong awal tahun ini, kata para pedagang.

FAO melaporkan, sejak Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (MARD) mengkonfirmasi wabah ASF pertama pada 19 Februari 2019, 63 provinsi/kota di negara itu dilaporkan terjangkit wabah. Telah ada sekitar 5.950.000 babi dimusnahkan di negara itu.

Filipina

Departemen Pertanian mengkonfirmasikan wabah ASF pertama pada 25 Juli 2019. Sejak saat itu, dilaporkan telah ada total 24 wabah ASF di sembilan provinsi/kota di Pulau Luzon. Di negara ini 136.770 babi telah dimusnahkan.

Menteri Pertanian Filipina, Dr William Dar mengatakan bahwa petani Filipina telah diberikan 3.000 peso sebagai kompensasi atas pemusnahan babi mereka.

Mongolia

Laporan pertama wabah virus ASF di negara ini adalah pada 15 Januari 2019. Sejak itu telah dilaporkan ada sebanyak 11 wabah di 6 provinsi dan di Ulaanbaatar. Lebih dari 3.115 babi atau lebih dari 10% dari total populasi babi di Mongolia telah mati atau dimusnahkan karena terjangkit wabah ASF.

Korea Utara

Kementerian Pertanian mengkonfirmasi terjadinya wabah ASF pertama di Chagang-do pada 23 Mei 2019.

Korea Selatan

Sejak Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan (MAFRA) mengkonfirmasi wabah ASF pertama pada 17 September 2019, ASF terdeteksi pada babi domestik di 14 peternakan.

Sembilan peternakan berlokasi di Gyeonggi-do dan lima di Kota Incheon. Kasus ini juga terdeteksi menjangkit 46 babi hutan dari Gyeonggi-do (30 ekor) dan Gangwon-do (16 ekor).

Akibat ASF, 380 ribu babi dimusnahkan di negara K-pop ini.

Jepang

Pemerintah Jepang telah memusnahkan 753 babi di Prefektur Saitama, sebelah utara Tokyo.

Produsen babi terbesar ke-10 di dunia ini mengkonfirmasi negaranya terkena serangan demam babi Afrika sejak 2018 lalu. Pertama kali, wabah penyakit ini ditemukan di Prefektur Gifu di pusat Jepang.

Jepang mengekspor babi hingga 12 juta yen (US$ 111 juta) produk babi setiap tahunnya.

Laos

Kementerian Pertanian dan Kehutanan mengkonfirmasi wabah ASF pertama di Provinsi Salavan pada 20 Juni 2019. Sejak itu lebih dari 165 wabah ASF dilaporkan terjadi di 18 Provinsi/kota. Sebanyak 39.000 babi telah mati atau dimusnahkan akibat ASF.

Kamboja

Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (MAFF) mengkonfirmasi wabah ASF pertama di Provinsi Ratanakiri pada tanggal 2 April 2019. Wabah ASF terdeteksi di 5 Provinsi.

Myanmar

Kementerian Pertanian, Peternakan dan Irigasi mengkonfirmasi wabah ASF pertama pada 1 Agustus 2019. Secara total, 4 wabah ASF dilaporkan di Negara Bagian Shan.

Timor-Leste

Kementerian Pertanian dan Perikanan mengumumkan negara terjangkit wabah ASF pada 27 September 2019. Penyakit ini dimulai pada 9 September, total 100 wabah dilaporkan terjadi di peternakan babi skala kecil di Ibu Kota, Dili.

Indonesia

ASF menyerang Sumatera Utara. Bahkan menjalar di 16 dari 33 kabupaten/kota, yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Medan.

Hingga 11 Desember, jumlah babi mati di Sumut mencapai 27.070 ekor. Matinya puluhan ribu babi itu terjadi sangat cepat, rata-rata 1.000 - 2.000 ekor babi per hari.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Bikin Panik, Seribuan Babi di Bali Mati Misterius


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading