Menurut The Sun, kebiri kimia berbeda dengan kebiri konvensional yang melibatkan pemotongan alat kelamin. Kebiri kimia dilakukan lewat suntikan, menggunakan obat yang akan menurunkan kadar hormon testosteron yang nantinya akan berdampak pada libido atau dorongan seksual.
Biasanya kebiri kimia menggunakan obat-obat penekan hormon testosteron, yakni dari golongan Luteinizing hormone-releasing hormone (LH-RH) agonists.
"Kalau dicari, di Indonesia obatnya banyak kok," kata Dr Nur Rasyid, SpU(K), pakar urologi dari RS Cipto Mangunkusumo, dalam sebuah perbincangan dengan detikHealth, beberapa tahun lalu.
Efek dari penurunan kadar testosteron ini adalah libido atau gairah seks yang menurun. Terhadap kesuburan, berkurangnya hormon testosteron juga berpengaruh pada produksi spermatozoa.
"(Obat afrodisiak) menurunkan dorongan seksual dan mengurangi keinginan yang menyimpang, walau rasa tersebut masih tetap ada namun tidak terlalu obsesif," kata Renee Sorrentino, seorang psikiater forensik dari Boston University, dikutip dari Medical Daily.
Sorrentino tiap harinya membantu menangani para pedofil, pemerkosa, ekshibisionis, dan pengintip (voyeur) yang ditangkap. Salah satu pasiennya menyebut sebelum dikebiri kimia, ia berpikir ingin berhubungan seksual dengan pelacur lebih dari 30 kali sehari, setelah disuntik selama 6 bulan ia hanya memikirkan sesekali saja.
Kebiri kimia harus diberikan dalam jangka waktu tertentu secara periodik, setidaknya tiga sampai lima tahun. Walau diterapkan di berbagai negara, kebiri kimia diketahui memiliki beberapa efek samping, seperti osteoporosis, penyakit jantung, depresi, dan anemia.
Kemudian ada juga efek samping yang membuat pasien naik bobot, rambut rontok, dan payudara membesar. Beberapa ada yang merasa dorongan seksual menjadi sesuatu yang sangat menghantui mereka.
Simak Video "Lingkaran Setan Kekerasan Seksual Anak"
[Gambas:Video 20detik]
(frp/up)