Uni Eropa Kenakan Bea Biodiesel RI, Saham Produsen CPO Rontok

Market - Houtmand P Saragih & Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 August 2019 14:11
Tidak menutup kemungkinan, pemerintah Indonesia juga akan membawa persoalan ini ke WTO. Foto: Pembangunan Pabrik Refinery MGRO Capai 70% (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengenaan Bea Masuk Anti-Subsidi (BMAS) pada produk asal Indonesia oleh Uni Eropa sebesar 8-18% hari ini, berimbas pada penurunan harga saham emiten yang berbasis minyak sawit (crude palm oil/CPO).

Beberapa emiten CPO pada penutupan sesi I yang terkoreksi antara lain: PT Eagle High Plantations Tbk/BWPT (-3,87%), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk/SSMS (-1,56%), PT Dharma Satya Nusantara Tbk/DSNG (-1,64%), PT Sampoerna Agro Tbk/SGRO (-0,86%), PT. Salim Ivomas Pratama Tbk/SIMP (-0,56%), dan PT Tunas Baru Lampung Tbk/TBLA (0,56%).

Penurunan saham-saham tersebut membuat sektor agrikultur tergelincir sebesar 0,36% ke level 1.406.

Menyikapi langkah yangdiambil Uni-Eropa tersebut, pengusaha sawit sudah mengambil ancang-ancang. Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Master P Tumanggor mengatakan bahwa isu BMAS sering menjadi pembahasan pengusaha sawit Indonesia.

Oleh Karena itu, Tumanggor tidak terlalu kaget ketika UE menetapkan BMAS produk biodiesel RI lebih awal dari rencana Septmeber 2019.
"Pemerintah sedang menyiapkan B30, kita akan memakainya untuk pasar domestik," kata Tumanggor kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/8/2019).

Menurutnya, 9 subsidi yang dituduhkan UE terkesan dipaksakan untuk diterapkan pada BMAS biodiesel RI. "Menurut hemat kami, 9 subsidi itu adalah akal-akalan mereka, lalu mulai menginvestigasi," katanya.

Untuk itu APROBI sedang menyiapkan pengacara untuk menyelesaikan persoalan ini. Tidak menutup kemungkinan, pemerintah Indonesia juga akan membawa persoalan ini ke WTO.

"Kami sedang menyewa lawyer. Tuntutan ke WTO yang akan diwakili pemerintah," kata Tumanggor kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/8/2019).
Ia mengaku tidak terlalu kaget ketika pengumuman ini disampaikan meski lebih cepat dari rencana September 2019. Isu pengenanaan BMAS sudah menjadi pembahasan pelaku usaha selama bertahun-tahun.

"Kita sudah prediksi, tidak terlalu kaget. Ini tahun demi tahun (diusik) jadi kita sudah siap," katanya.
Artikel Selanjutnya

Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!


(yam)

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading