Pantauan detikcom, puluhan pemulung, supir truk pengangkut sampah dan warga setempat memadati jalan masuk ke TPST Piyungan. Dengan mengenakan pakaian berwarna warni, mereka tampak penuh khidmat melaksanakan upacara HUT ke-74 RI di antara gunungan sampah.
Ketua Komunitas Pemulung Makaryo Adi Ngayogyokarto (Mardiko) TPST Piyungan, Maryono mengatakan upacara tersebut telah diinisiasi sejak 3 tahun lalu. Namun, karena terkendala berbagai masalah, salah satunya terkait baris berbaris.
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom |
"Dan mungkin orang lihat kami hanya seorang sampah, seorang pemulung. Tapi kami punya niatan dengan upacara ini teman-teman pemulung bisa punya semangat nasionalisme, semangat patriotisme serta memupuk rasa persatuan dan kesatuan," imbuhnya.
Lanjut Maryono, setelah berlatih bersama Polda DIY selama 3 kali akhirnya teman-teman pemulung baru bisa melaksanakan upacara yang telah direncanakan sejak 3 tahun lalu. Menurutnya, upacara ini juga sebagai momen bersatunya kembali antara masyarakat, pemulung dan pemerintah pasca insiden yang terjadi di TPST Piyungan.
"Kami mengajak para pemulung, masyarakat dan Pemerintah untuk upacara bersama agar kembali bersatu padu lagi pasca demo-demo kemarin. Selain itu juga untuk memupuk semangat nasionalisme," katanya.
Terkait dengan makna merdeka bagi para pemulung, Maryono menyebut bahwa para pemulung ingin lebih maju dalam segi ekonomi.
"Merdeka itu bisa merubah perilaku yang dulunya pemulung menjadi pengusaha, seperti penjual pecel lele," ucapnya.
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom |
Sementara itu, Kasubdit Bintibsos Ditbinmas Polda DIY, AKBP Sinungwati membenarkan bahwa Polda DIY sengaja melatih para pemulung dalam hal baris berbaris. Menurutnya, hal itu muncul usai para pemulung bersurat kepada Kapolda DIY terkait keinginannya untuk berlatih Paskibraka.
"Kami melatih dan jadi inspektur upacara HUT ke-74 RI di sini (TPST Piyungan). Kenapa? Karena hari kemerdekaan adalah milik kita semua, dan rakyat harus bahagia tak terkecuali pemulung. Selain itu upacara ini juga untuk meningkatkan rasa nasionalisme," katanya.
Terkait susahnya melatih para pemulung dalam baris berbaris, Sinungwati menyebut tidak mengalami kesusahan. Hal itu karena mereka melakukannya dengan ikhlas.
"Melatihnya nggak susah, karena mereka melakukannya dengan senang hati.Mudah-mudahan upacara seperti ini bisa berlanjut, karena nasionalisme harus terus tumbuh," ucapnya.
(bgk/bgs)